Selasa, 04 November 2014

Demokrasi Digital Sebelum dan Sesudah Pelantikan Jokowi Sebagai Presiden RI

Para politisi dan partai politik harus mengembangkan strategi komunikasi, psikologi, dan semiotika politik khusus untuk menarik para pemilih pemula ini ke dalam pusaran orbit politik. Ini karena mereka bagian dari generasi dengan ”budaya demokrasi” berbeda, yaitu ”demokrasi digital”, di mana setiap komunikasi, wacana, pertukaran, negosiasi, transaksi, dan keputusan politik berlangsung secara digital. Budaya digital memengaruhi budaya demokrasi itu sendiri, yang kini bertransformasi menjadi ”demokrasi digital”. Di dalamnya, komunitas politik tak dapat lagi dibangun melalui ruang-ruang publik politik atau agora konvensional, tetapi meluas ke ruang publik politik digital. Di dalam ruang publik politik digital ini, komunikasi, persuasi, seduksi dan semiotisasi politik berlangsung secara digital. Kali ini saya akan membahas demokrasi digital sebelum dan sesudah Jokowi dilanti sebagai Presiden RI.

Ketika Presiden Jokowi dan wakil presiden Jusuf Kalla belum diumumkan sebagai pemenang Pemilu Presiden 2014, banyak kegiatan politik yang berlangsung secara digital. Terdapat pemberitaan kegiatan politik Koalisi Indonesia Hebat seperti yang dilantik oleh situs bisnis.com.
JAKARTA - Partai pendukung Jokowi-JK gagal meraih kursi pimpinan MPR setelah voting paket yang diusulkan kalah tipis 17 suara dibandingkan paket yang diusulkan oleh partai pendukung Prabowo-Hatta.”
Tersiar kabar bahwa hal ini menambah panjang daftar kegagalan Koalisi Indonesia Hebat dalam perebutan pimpinan strategis lembaga di Senayan. Kekalahan telak 5-0 dimulai kegagalan dalam RUU MD3, RUU Pilkada, RUU Tata Tertib DPR, Pimpinan DPR dan Pimpinan MPR. Ketika pengumuman Pemilu 2014 oleh KPU pun banyak terjadi kontroversi. Berbagai macam tindakan maupun pendapat yang bersebrangan terjadi antara Koalisi Merah Putih (KMP) dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Disini KMP memenjadi oposisi yang kuat terhadap KIH.

Namun Senin, 20 Oktober 2014 sebuah sejarah baru bangsa Indonesia telah terukir. Setelah melalui proses demokrasi yang panjang lewat Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden(Pilpres) 2014, kini bangsa Indonesia telah memiliki seorang pemimpin baru.  Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) hari ini resmi dilantik sebagai Presiden Ketujuh Republik Indonesia. Bersama Drs. H. M. Jusuf Kalla sebagai  wakil presiden, harapan besar rakyat Indonesia kini digantungkan kepadanya. Besarnya perhatian dari segenap rakyat menyambut pergantian tampuk kepemimpinan negara menjadi titik puncak demokrasi di tahun ini.

Pertemuan Presiden Terpilih, Jokowi dengan Ketua MPR, Ketua DPR, dan Ketua DPD, serta pertemuan Jokowi dengan Prabowo Subianto, kompetitornya dalam Pilpres lalu, menjelang pelantikan presiden telah mampu mendinginkan situasi dan mempercerah ketidakpastian situasi politik yang sedang terjadi. Kekhawatiran akan berseterunya Eksekutif dan Legislatif seakan sirna ketika masyarakat melihat bagaimana damai dan bersatunya para tokoh bangsa ini.

Prosesi Pelantikan Presiden 2014 ini boleh dibilang menjadi simbol kematangan demokrasi bangsa Indonesia. Meskipun kompetisi politik berlangsung ketat dan panas, tetapi ketika hasil pilihan rakyat telah ditetapkan maka seluruh elemen bangsa dengan suka cita ikut menyambut dan mendukung pemerintahan yang baru. Melupakan segala perselisihan dan pertentangan selama masa kompetisi karena telah tiba saatnya bagi seluruh elemen bangsa untuk kembali bersatu guna membangun dan memajukan bangsa ini. Meskipun situasi politik memang tidak akan selalu berjalan mulus, tetapi semoga saja apa yang telah dipertontonkan para elit politik pada hari ini tidak hanya sekedar simbol dan formalitas belaka,  tetapi benar-benar diwujudkan dalam tindakan nyata.

Selamat untuk Presiden Ir. H. Joko Widodo  dan Wakil Presiden Jusuf kalla yang telah memenangkan pemilihan presiden 09 juli . Dan menjadi kepala Negara yang menjalankan  amanah rakyat. Semoga  Indonesia menjadi bangsa yang  maju dan makmur . 




Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar