Para
politisi dan partai politik harus mengembangkan strategi komunikasi, psikologi,
dan semiotika politik khusus untuk menarik para pemilih pemula ini ke dalam
pusaran orbit politik. Ini karena mereka bagian dari generasi dengan ”budaya
demokrasi” berbeda, yaitu ”demokrasi digital”, di mana setiap komunikasi,
wacana, pertukaran, negosiasi, transaksi, dan keputusan politik berlangsung
secara digital. Budaya
digital memengaruhi budaya demokrasi itu sendiri, yang kini bertransformasi
menjadi ”demokrasi digital”. Di dalamnya, komunitas politik tak dapat lagi
dibangun melalui ruang-ruang publik politik atau agora konvensional, tetapi
meluas ke ruang publik politik digital. Di dalam ruang publik politik digital
ini, komunikasi, persuasi, seduksi dan semiotisasi politik berlangsung secara
digital. Kali ini
saya akan membahas demokrasi digital sebelum dan sesudah Jokowi dilanti sebagai
Presiden RI.
Ketika Presiden
Jokowi dan wakil presiden Jusuf Kalla belum diumumkan sebagai pemenang Pemilu
Presiden 2014, banyak kegiatan politik yang berlangsung secara digital. Terdapat
pemberitaan kegiatan politik Koalisi Indonesia Hebat seperti yang dilantik oleh
situs bisnis.com.
“JAKARTA - Partai pendukung Jokowi-JK
gagal meraih kursi pimpinan MPR setelah voting paket yang diusulkan kalah tipis
17 suara dibandingkan paket yang diusulkan oleh partai pendukung Prabowo-Hatta.”
Tersiar kabar bahwa hal ini menambah panjang
daftar kegagalan Koalisi Indonesia Hebat dalam perebutan pimpinan strategis
lembaga di Senayan. Kekalahan telak 5-0 dimulai kegagalan dalam RUU MD3, RUU
Pilkada, RUU Tata Tertib DPR, Pimpinan DPR dan Pimpinan MPR. Ketika pengumuman Pemilu 2014 oleh KPU pun
banyak terjadi kontroversi. Berbagai macam tindakan maupun pendapat yang
bersebrangan terjadi antara Koalisi Merah Putih (KMP) dengan Koalisi Indonesia
Hebat (KIH). Disini KMP memenjadi oposisi yang kuat terhadap KIH.
Namun Senin, 20 Oktober 2014 sebuah
sejarah baru bangsa Indonesia telah terukir. Setelah melalui proses demokrasi
yang panjang lewat Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu
Presiden(Pilpres) 2014, kini bangsa Indonesia telah memiliki seorang
pemimpin baru. Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) hari ini resmi dilantik
sebagai Presiden Ketujuh Republik Indonesia. Bersama Drs. H. M. Jusuf Kalla
sebagai wakil presiden, harapan besar rakyat Indonesia kini digantungkan
kepadanya. Besarnya perhatian dari segenap rakyat menyambut pergantian tampuk
kepemimpinan negara menjadi titik puncak demokrasi di tahun ini.
Pertemuan Presiden Terpilih, Jokowi
dengan Ketua MPR, Ketua DPR, dan Ketua DPD, serta pertemuan Jokowi dengan
Prabowo Subianto, kompetitornya dalam Pilpres lalu, menjelang pelantikan
presiden telah mampu mendinginkan situasi dan mempercerah ketidakpastian
situasi politik yang sedang terjadi. Kekhawatiran akan berseterunya Eksekutif
dan Legislatif seakan sirna ketika masyarakat melihat bagaimana damai dan
bersatunya para tokoh bangsa ini.
Prosesi Pelantikan Presiden 2014 ini
boleh dibilang menjadi simbol kematangan demokrasi bangsa Indonesia. Meskipun
kompetisi politik berlangsung ketat dan panas, tetapi ketika hasil pilihan
rakyat telah ditetapkan maka seluruh elemen bangsa dengan suka cita ikut
menyambut dan mendukung pemerintahan yang baru. Melupakan segala perselisihan
dan pertentangan selama masa kompetisi karena telah tiba saatnya bagi seluruh
elemen bangsa untuk kembali bersatu guna membangun dan memajukan bangsa ini.
Meskipun situasi politik memang tidak akan selalu berjalan mulus, tetapi semoga
saja apa yang telah dipertontonkan para elit politik pada hari ini tidak hanya
sekedar simbol dan formalitas belaka, tetapi benar-benar diwujudkan dalam
tindakan nyata.
Selamat
untuk Presiden Ir. H. Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
kalla yang telah memenangkan pemilihan presiden 09 juli . Dan menjadi kepala
Negara yang menjalankan amanah rakyat. Semoga Indonesia menjadi bangsa yang maju dan
makmur .
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar